sumber
:
https://www.igorcalzada.com/publishing-the-paper-entitled-beyond-data-driven-smart-city-regions-rethinking-stakeholder-helixes-strategies-in-regions-magazine/ |
Hasil kajian-kajian ini secara umum menekankan pada peran sosial dalam mengurangi risiko bencana. Meskipun telah dikaji secara luas, kajian yang menganalisis penerapan pendekatan kolaboratif-pentahelik dalam pengurangan risiko bencana masih terbatas. Sehingga dianggap penting, menarik dan membuka peluang baru untuk dilakukan.
Pendekatan Pentahelix Penting dalam Mitigasi Bencana
Ada beberapa alasan mengapa pentahelix kolaboratif beberapa alasan penting untuk melakukan mitigasi (pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan sebagai komponen penting dari manajemen bencana secara keseluruhan.
Pertama, kegiatan tanggap dan kesiapsiagaan yang efektif dapat menyelamatkan nyawa, mengurangi cedera, membatasi kerusakan harta benda, dan meminimalkan segala macam ancaman akibat adanya bencana.
Kedua, mitigasi dan kesiapsiagaan di masyarakat membantu melindungi nilai-nilai masyarakat dan mengurangi kondisi yang tidak diinginkan selama bencana.
Ketiga, mitigasi dan kesiapsiagaan meningkatkan koordinasi dan komunikasi antarorganisasi dan menetapkan tanggung jawab kepada aktor-aktor kunci. Seperti pemangku kepentingan, masyarakat, pejabat negara, pejabat lokal, serta rumah sakit.
Empat mitigasi dan kesiapsiagaan ini membantu mengidentifikasi sumber daya (personil, waktu, keuangan, peralatan, perlengkapan atau fasilitas penunjang) yang mungkin dibutuhkan masyarakat untuk tindakan tanggap dan pemulihan dan kesiapsiagaan.
Terdapat identifikasi beberapa fungsi penting yang perlu dilakukan saat bencan , seperti manajemen sumber daya, evakuasi, dan penilaian kerusakan.
Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana menurut Bivaola kemampuan mitigasi dan kesiapsiagaan yang kuat menjadi permasalahan awal. Kemampuan ini dapat dibangun melalui perencanaan dan pelatihan dengan tahapan yang tepat.
Terdapat banyak tahapan yang harus dilakukan untuk dapat membangun kemampuan mitigasi dan kesiapsiagaan yang kuat. Tahpan tersebut antara lain menetapkan manajemen darurat, menilai bencana, membuat rencana darurat, mengembangkan sistem peringatan dini, mengidentifikasi sumber daya dan bantuan serta membuat kesepakatan untuk saling membantu dan mendidik masyarakat.
Kurangnya pengalaman dalam mengelola bencana merupakan dua masalah utama yang dihadapi pada tahap mitigasi dan kesiapsiagaan khususnya di Indonesia. Selain itu, nilai dan pentingnya kesiapsiagaan dan proses terkadang sulit untuk diukur. Pada saat yang sama, masyarakat sering membuat rencana darurat yang rumit, namun gagal mengembangkan rencana mitigasi dan kesiapsiagaan tertulis. Terlebih lagi rencana tersebut tidak pernah disebarluaskan/disosialisasikan kepada masyarakat.
Oleh karena itu kolaborasi pentahelix merupakan pendekatan strategis untuk dikembangkan dalam penanggulangan bencana dan khususnya bagi para pemangku kepentingan yang berkomitmen dan peduli terhadap upaya pengurangan risiko bencana.
Peran Masing-Masing Komponen dalam Pendekatan Pentahelix.
Dalam pendekatan pentahelix pada lima jenis pemangku kepentingan, yaitu akademisi, indsutri/bisnis, administrasi publik/LSM, penduduk lokal, dan media. Kelima komponen tersebut dinaungi atau yang bertanggun jawab adalah pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Pendekatan ini sangat berguna untuk wilayah dengan masalah yang menyangkut banyak pemangku kepentingan. Sehingga setiap pemangku kepetingan (komponen) dapat mewakili berbagai kepentingannya masing-masing di suatu lokasi atau masalah. Berikut ini peran masing-masing komponen dalam pendekatan pentahelix
sumber : Nuryati, Rina & Sulistyowati, Lies & Setiawan, Iwan & Noor, Trisna. (2020). Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Agribisnis IV. |
Pendekatan pentahelix dapat mecakup berbagai hal. Hal ini dikarenakan pendekatan pentahelix sangat erat hubunganya dengan manusia (masyarakat). Ketika suatu kebijakan yang telah diputuskan oleh pemerintah, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat baik pengaruh positif ataupun negatif. Sehingga dapat dikatakan pendekatan ini berhubungan dengan ilmu sosial.
Pendekatan Pentahelix dalam Mitigasi Bencana.
Salah satu penerapan pendekatan petahelix, yaitu dalam pengambilan keputusan ketika terjadi bencana (mitigasi bencana). Karena dalam mitigasi bencana/penanggulangan bencana, seluruh komponen-komponen masyarakat harus dilibatkan. Agar dampak dari adanya bencana dapat diminimalkan.
Contohnya pendekatan pentahelix dalam mitigasi bencana/penanganan bencana Covid 19. Bencana Covid 19 yang terjadi pada tahun akhir tahun 2020 termasuk kedalam bencana non alam atau dapat juga termasuk ke dalam bencana fisik. Hal ini dikarenakan Covid 19 diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang, seperti gagal teknologi atau gagal modernisasi.
Pendekatan petahelix dalam penanganan bencana Covid 19 juga menggunakan komponen-komponen pendukung, seperti media, akademisi, industri/bisnis, lembaga masyarakat, dan masyarakat. Komponen tersebut dinaungi oleh pemerintah sebagai pengambil kebijakan.
Jika dijelaskan dalam prespektif komponen-komponen dalam pendekatan pentahelix maka dapat dilihat sebagai berikut :
- Media, berperan aktif dalam membagikan informasi terkait perkembangan, penanganan, gejala serta dampak terkait bencana Covid 19
- Akademisi, melakukan inovasi terkait pencegahan bencana Covid 19 serta melakukan pendampingan dan penelitian terkait virus corona agar bencana tidak menimbulkan dampak negatif yang semakin luas.
- Industri/bisnis, menerapkan ajuran dari akademisi agar penyebaran bencana Covid 19 tidak semakin meluas.
- Lembaga Masyarakat, melakukan kontrol terhadap masyarakat untuk meredam penyebaran bencana Covid 19.
- Masyarakat, mengikuti ajuran yang telah disampaikan akademisi melalui media. Selain itu masyarakat juga dapat menyampaikan informasi gejala-gejala yang dialami ketika terjangkit virus corona.
Setelah peran antara komponen-komponen dalam pendekatan pentahelix dirumuskan. Pemerintah yang menaungi komponen-komponen tersebut dapat membuat kebijakan. Misalnya seperti diberlakukannya PPKM dengan tingkatan di setiap wilayah aglomerasi.
Seluruh komponen-komponen tersebut juga dapat memberikan masukan pada tindakan/kebijakan yang telah dilakukan. Karena kebijakan yang telah dilakukan dapat mempengaruhi kegiatan/aktivitas dari masing komponen