Banjir
adalah merupakan suatu keadaan sungai dimana aliran airnya tidak tertampung
oleh palung sungai, karena debit banjir lebih besar dari kapasitas sungai yang
ada (Asdak, 1995). Sedangkan beberapa faktor terjadinya banjir bisa
disebabkan curah hujan yang tinggi, berkurangnya kapasitas tampungan sungai
akibat adanya sedimentasi atau karena sampah yang menutup saluran drainase.
Banjir sendiri memiliki faktor sebab akibat seperti pembukaan lahan yang
berakibat pada limpasan atau bisa juga menjadi erosi karena energi yang datang
dari hujan langsung mengenai tanah, akan tetapi bencana banjir ini bukan tidak
dapat ditangani. Pencegahan banjir harus dilakukan oleh setiap stage holder / pemangku kepetingan,
mulai dari pemerintah, masyarakat terdampak banjir hingga masyarakat yang tidak
terdampak pun harus mulai sadar. Sehingga masyarakat terdampak banjir dapat
berkurang dari setiap tahunnya
Berikut
ini adalah grafik kejadian bencana banjir di provinsi Jawa Tengah pada Tahun
2017 dan 2018. Grafik ini dibuat berdasarkan data bencana dari BPBD Provinsi
Jawa Tengah.
Pada
tahun 2017 di Prov Jawa Tengah terjadi setidaknya 270 kejadian banjir di
seluruh Kab/Kota dengan kejadian banjir tertinggi di Kota Semarang, hal ini
bisa disebabkan karena daerah – daerah dengan kerjadian banjir tertinggi berada
di daerah muara sungai dimana harus menopang beban debit dari hulu. Sedangkan
rata – rata kejadian banjir pada tahun 2017 yaitu 8 kejadian di setiap Kab/Kota
di Jawa tengah. Sedangkan pada tahun 2018 pada grafik menunjukan adanya
penurunan data kejadian banjir dengan total 171 kejadian banjir. Hal ini juga
dibarengi dengan berkurangya kejadian banjir di Kabupaten Klaten, Wonosobo dan
Sukoharjo dimana pada tahun 2017 terjadi 3-4kejadian banjir pada tahun 2018
berkurang hingga 0 kejadian. Rata – rata kejadian banjir di tahun 2018
berkurang menjadi 5 kejadian. Berkuranganya kejadian banjir ini bisa disebabkan
karena berhasilnya kebijakan atau berkurangnya curah hujan pada tahun 2018
sehingga tidak terjadi luapan sungai.